berawal dari perkenalan ku dengan cika melalui media FACEBOOK kami pun mulai dekat dengan cika ternya dia adalah seorang pelajar universitas yang ada di jakarta wajah nya cantik dan tubuh nya yang sexy membuatku menjanjikan ingin membawanya untuk liburan di salah satu tempat dan menginap di hotel saat ku jemput dia dari universitas nya dengan rok putih dan kaos putih dan aku menidurkan nya di ranjang hotel
Ketika kucoba membuka baju yang sedang ia kenakan saat itu ia memakai kaos putih dan agak lumayan ketat dan
dari tangan kanannya perlahan lahan aku membuka baju nya , kelihatannya cika tetap diam dan malah membantu
dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari
tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan
mudah kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih
tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah
bergantian.
BH-nya pun dengan mudah kulepas dari
tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya, tersembul buah dada cika
yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan puting
susunya berwarna kecoklatan.
Dan dengan tidak sabar dan sambil
meremas pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher
dan terus ke bawah dan sesampainya di payudaranya, kujilati payudara nya cika yang menantang itu dan sesekali kuhisap puting susunya, sementara cika
meremas-remas rambutku seraya terdengar suara lirih, “aahh…, aahh…,
ooomm…, ssshh…, aahh”.
Aku paling tidak tahan kalau mendengar
suara lirih seperti ini, serta merta penisku semakin tegang dan
kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap payudara cika, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan cika
Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa
sekali ada bagian CD yang basah.
Sambil masih tetap menjilati payudara cika , kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk
mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan cika terasa
menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh…,
ssshh…, ssshh…, aahh”.
Aku jadi semakin penasaran saja
mendengar suara cika mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku
yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau
apapun yang ada di Rok putih namun rok yang sedang dia kenakan pada saat itu adalah rok karet dan segera kulepas. Untung saja rok
putih nya yang dipakai adalah rok rok dengan karet di pingang nya yang peperti celana kolor pria, sehingga dengan mudah dapat kubuka
Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku
serta ciumanku menelusuri perut cika seraya tanganku berusaha menurunkan
roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah
kakinya dan kuperhatikan cika mengenakan CD warna merah muda dan kulihat
juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.
Badan cika menggelinjang saat ciumanku
menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan
vaginanya, gelinjang badan cika semakin keras dan pantatnya seakan
diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas
rambutku agak keras serta sesekali memanggil,
“ssshh…, aahh…, ssshht…, ooom…, aahh”.
Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan
setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina cika masih belum banyak
ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.
Setelah berhasil melepas CD-nya dari
kedua kaki cika yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku
diantara kedua paha cika sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan
pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak
terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku
itu, tiba-tiba cika bangun dari tidurnya dan berkata,
“Jaa…, ngaan…, Ooom”, sambil mencoba
mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut cika akan marah,
maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk cika serta berusaha
menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya.cika
tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan cika sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi
seluruh wajahku.
Sementara itu tanganku kugunakan untuk
melepas baju dan BH cika yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, cika sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan
memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman,
sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.
Setelah aku berhasil melepas semua
pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut cika akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di
samping kiri atau kanan badan cika sekarang aku naik di atas badan cika .
Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan cika, ternyata
dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali
menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena
tertindih di antara badanku dan paha cika
Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki
kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku
terangkat, kurasakan cika malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar,
tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua
kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang
terasa penisku berada di atas vagina cika cika masih memelukkan kedua
tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.
Sambil masih tetap kujilat dan ciumi
seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan
badanku, perlahan-lahan kuelus vagina cika yang menggembung dan setelah
beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan
kedua tangan cika serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari
tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya,
terasa vagina cika sangat basah dan
kurasakan badan bawah cika bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti
gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam
vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku
sehingga cika sering berdesis,
“Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sambil
kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama
kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari
vagina cika dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta
segera saja penisku kuarahkan ke vagina cika sambil kugosok-gosokan ke
atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina cika, serta kembali
kudengar desis suaranya,
“ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”,
dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat cika sudah
sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan
kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas,
segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam
vagina cika
Kuperhatikan wajah cika agak mengerenyit
seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta
bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…,
sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”. Mendengar suaranya yang sedikit
menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya
sambil kucium telinganya serta kubisikan,
“Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…,
pelan-pelan saja…, kok”, untuk menenangkan ketakutan cika. cika tidak
segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih
memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan
memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan
kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi cika berkata lirih
di dekat telingaku,
“Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh..,
takuuut”, padahal kurasakan kalau cika mulai lagi menggerakkan pantatnya
perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali
kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang
vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus
rambutnya sambil kubisiki, “Takut apa sayang..”. cika tidak segera
menjawab pertanyaanku itu.
Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan
ciumanku di bibirnya dan cika mulai lagi melayani ciumanku itu dengan
memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan cika mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku
tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku
lagi.
Tetap dengan masih menghisap lidahku,
kurasakan kedua tangan cika sedikit menekan pantatku, entah perintah
supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.
Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi cika selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya,
kulihat cika berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali
kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku.
Lalu kembali kulumat bibirnya dan
perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang
kewanitaannya, tapi cika tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata
karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke
dalam vaginanya serta kulihat mata cika menutup rapat-rapat seperti
menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu
sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina cika
dan, “Bleeesss”, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina cika
dan,
“aahh…, sakiiit…, ooom Ketika sampai di
celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD
yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara cika, kugunakan jari
tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir
vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan cika terasa menggelinjang
dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh…, ssshh…, ssshh…,
aahh”. Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara cika mengerang
lirih seperti itu.
Segera kulepas tanganku yang ada di
vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang
ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang
dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting,
sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya,
sehingga roknya menjadi longgar di badan cika
Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku
serta ciumanku menelusuri perut cika seraya tanganku berusaha menurunkan
roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah
kakinya dan kuperhatikan cika mengenakan CD warna merah muda dan kulihat
juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.
Badan cika menggelinjang saat ciumanku
menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan
vaginanya, gelinjang badan cika semakin keras dan pantatnya seakan
diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas
rambutku agak keras serta sesekali memanggil, “ssshh…, aahh…, ssshht…,
ooom…, aahh”. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya
perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina cika masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan
vaginanya dan basah.
Setelah berhasil melepas CD-nya dari
kedua kaki cika yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku
diantara kedua paha cika sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan
pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak
terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku
itu, tiba-tiba cika bangun dari tidurnya dan berkata,
“Jaa…, ngaan…, Ooom”, sambil mencoba
mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut cika akan marah,
maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk cika serta berusaha
menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. cika tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan cika sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi
seluruh wajahku.
Sementara itu tanganku kugunakan untuk
melepas baju dan BH cika yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas,
cika sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan
memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman,
sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri. Setelah
aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku,
lalu dengan harap-harap cemas karena aku
takut cika akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu
di samping kiri atau kanan badan cika , sekarang aku naik di atas badan cika . Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan cika,
ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil
sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit
karena tertindih di antara badanku dan paha cika.
Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki
kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku
terangkat, kurasakan cika malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar,
tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua
kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang
terasa penisku berada di atas vagina cika. cika masih memelukkan kedua
tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.
Sambil masih tetap kujilat dan ciumi
seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan
badanku, perlahan-lahan kuelus vagina cika yang menggembung dan setelah
beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan
kedua tangan cika serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari
tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya,
terasa vagina cika sangat basah dan
kurasakan badan bawah cika bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti
gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam
vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku
sehingga cika sering berdesis,
“Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sambil
kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama
kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari
vagina cika dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta
segera saja penisku kuarahkan ke vagina cika sambil kugosok-gosokan ke
atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina cika , serta kembali
kudengar desis suaranya,
“ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”,
dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat cika sudah
sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan
kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas,
segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam
vagina cika .
Kuperhatikan wajah cika agak mengerenyit
seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta
bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…,
sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”. Mendengar suaranya yang sedikit
menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya
sambil kucium telinganya serta kubisikan,
“Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…,
pelan-pelan saja…, kok”, untuk menenangkan ketakutan cika. cika tidak
segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih
memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan
memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan
kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi cika berkata lirih
di dekat telingaku,
“Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh..,
takuuut”, padahal kurasakan kalau cika mulai lagi menggerakkan pantatnya
perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali
kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang
vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus
rambutnya sambil kubisiki,
“Takut apa sayang..”. cika tidak segera
menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan
ciumanku di bibirnya dan cika mulai lagi melayani ciumanku itu dengan
memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan cika mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku
tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku
lagi.
Tetap dengan masih menghisap lidahku,
kurasakan kedua tangan cika sedikit menekan pantatku, entah perintah
supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.
Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi cika selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya,
kulihat cika berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali
kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku.
Lalu kembali kulumat bibirnya dan
perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang
kewanitaannya, tapi cika tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata
karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke
dalam vaginanya serta kulihat mata cika menutup rapat-rapat seperti
menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu
sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina cika dan, “Bleeesss”, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina cika dan,
“aahh…, sakiiit…, ooom….”, kudengar
suara cika sambil seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik
pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat cika mulai tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan
kutekan penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam
lagi “aahh…, oom…, pelan…, pelaan..”, kudengar cika berkata lirih.
“Iyaa…, sayaang…, ooom pelah-pelan”,
jawabku serta kubelai rambutnya. Setelah kudiamkan sebentar, lalu
kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar cika tidak merasa
kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah cika keperhatikan tidak tegang
lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk vagina cika sedikit
kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara cika ,
“ooom…, ooom…, aaduuuhh…, ooomm…, aahh”,
sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi
keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat,
lalu cika berteriak agak keras, “aahh…, ooomm…, aduuuhh..”, lalu cika terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku
yakin kalau cika sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan
naik.
Karena kulihat cika sepertinya sedang
kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa
kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan
bibirnya dengan lembut, tapi cika tidak bereaksi dan tanpa kuduga di
gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, “ooom…,
nakal…, yaa, cika baru sekali ini merasakan hal seperti tadi”, sambil
mencubit punggungku.
Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang
kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara
perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk vagina cika . Kuperhatikan cika mulai terangsang lagi, cika mulai menghisap bibirku
dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini
membuat penisku seperti di pelintir keenakan.
Gerakan penisku keluar masuk semakin
kupercepat dan demikian juga cika mulai makin berani mempercepat gerakan
putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan
dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan
penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar cika mulai
bersuara lagi…,
“aahh…, aahh…, ooohh…, oomm…, aah”, dan
tidak terasa akupun mulai berkicau, “aacchh…, aahh…, Siiihh…, enaakk…,
teruuus…, Siiih”. Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga
nafas cika semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan cika dan
segera kubalik badannya sehingga sekarang cika sudah berada di atasku dan
kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah cika ditempelkan
di wajahku.
Dengan sedikit makan tenaga, kucoba
menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik,
kugunakan kedua tanganku menekan pantat cika ke bawah dan bisa kurasakan
kalau penisku masuk lebih dalam di vagina cika , sehingga setiap kali
kudengar suaranya sedikit keras,
“aahh…, oooh”. Dan mungkin karena
keenakan, sekarang gerakan cika malah lebih berani dengan menggerakkan
pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi
dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa
masuk semuanya di vagina cika , kudengar dia bersuara keenakan, “Aahh…,
aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil
berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar.
Gerakan cika semakin cepat saja dan
kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar
nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, “Aduuuh…, aahh…,
aahh…, ooomm.., cika …, mauuu.., keluaar…, aah”. “Tungguuu…, cika ..,
kitaa…, samaa…, samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu…, keluarr”. “aahh…,
aahh…, ooomm”, teriak cika sambil mengerakkan pantatnya menggila dan
akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera
kegerakkan pantatku lebih cepat dan,
“Crreeettt…, ccrreeett…, ccccrrreeett…,
dan “aahh…, siiihh…, ooom keluaar”, sambil kutekan pantat cika kuat-kuat.
Setelah beristirahat sebentar, kuajak cika ke kamar mandi untuk
membersihkan badan dan cika kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur,
mungkin masih merasakan kelelahan.